Sebetulnya ada sedikit rasa penyesalan dalam diri Teddy. Dua tahun yang lalu, ia telah membuat kesalahan. Seandainya waktu itu ia lebih mendengarkan orang-orang yang menyayangi dirinya ketimbang perasaan sesaatnya, mungkin nasibnya tidak akan seburuk ini.
“Ingat kodratmu, Ted, Tuhan tidak pernah menciptakan umatnya dengan tiga jenis kelamin. Cuma dua. Laki-laki dan perempuan…” Teddy menutup telinganya rapat-rapat. Mama, Papa, mas Raieth, bahkan teman-teman dikampus terus menasihatinya.
“Aku nggak bisa, menghindar dari keadaan ini, Meskipun semua nggak suka dengan keputusan ini, aku tetap memilihnya!”
Teddy pergi dari rumah. Dia tidak kuat lagi dengan orang-orang disekelilingnya. Tidak ada satupun yang bersedia menerima kenyataan bahwajiwa yang dia miliki bukan seorang lelaki seperti fisiknya, tapi seorang wanita. Kini hanya dengan bermodal itulah ia menyambung hidupnya pada malam hari. Dengan merubah namanya menjadi Mona. Semenjak saat itu, Teddy seakan telah menemukan dirinya. Jiwanya. Jiwa yang selama ini tertutup jauh. Hingga kini terbebas dalam dunia yang ia harapkan.
Mona yang lugu dan cantik. yang tiap kali mangkal di perempatan lalu lintas jalanan. Banyak pelanggan yang suka dengannya. Hampir tiap hari dia tidak pernah mendapatkan pelanggan. Beruntung nasibnya sebagai seorang waria jalanan saat itu. Dengan banyaknya kasus yang semakin menjelaskan betapa suramnya dunia jalanan.
“Mona……………..cepet lari!! Ada razia!”
Sissy, banci paling populer dikalangan itu, lari kencang diikuti Mona. Pantas saja hari ini tidak satupun dari langganan mereka yang datang. Sepertinya mereka tahu kalau malam ini para polisi mengadakan razia, menyidak para waria yang tengah mengais rejeki.
Sissy, banci paling populer dikalangan itu, lari kencang diikuti Mona. Pantas saja hari ini tidak satupun dari langganan mereka yang datang. Sepertinya mereka tahu kalau malam ini para polisi mengadakan razia, menyidak para waria yang tengah mengais rejeki.
Malam itu, beruntung Mona bisa melarikan diri dari razia. Sedangkan malang bagi Sissy yang telah tertangkap. Mona bersembunyi dibawah kolong jembatan. Gelap, sunyi, bau, kotor. Yang ada hanyalah gubuk-gubuk kusang dan didalamnya ada kehidupan. Sebuah kehidupan yang terdiam dan hanya bernafas setelah mencari rejeki untuk bisa mengisi perut.
Sambil berdiri menyaksikan kehidupan sekitar yang seperti itu. Dalam hatinya ia berkata: “Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan selama ini. Hingga aku bisa berada ditempat ini.” Munkin memang benar bahwa dia tidak bisa melepaskan sosoknya saat ini. Sebagai Mona. Karena begitulah dia. Jiwa nya yang mengatakan. Tapi apakah dia terus berlari dan berlari dari kejaran razia. Jenuh dan bosan. Tidak adakah jalan lain yang mesti dia perbuat. hingga dia bida bernafas menikmati hidupnya dengan lega.
Dia berlari-berlari terus hingga. “Hi Mona, apa kabar?”
Sebuah wanita cantik menyapanya dan mempersilahkan untuk duduk disebuah Cafe. “Jadi bisa kan Mon, kamu mengurusi acara pernikahan ku.”
Sebuah wanita cantik menyapanya dan mempersilahkan untuk duduk disebuah Cafe. “Jadi bisa kan Mon, kamu mengurusi acara pernikahan ku.”
Kini sosok Mona adalah perancang acara pernikahan yang sudah cukup dikenal disuatu kota. Bukan lagi Mona si bencong jalanan yang selalu mangkal di lampu lalulintas trotoar. Sosok Teddy yang dulu hanyalah tinggal kenangan. Kini yang ada hanya Mona.
P.s: Sekedar cerita dan mencoba untuk menulis meski banyak salah sana sini. Semoga terhibur^^
Sukses, Sekarang juga !!
0 komentar:
Posting Komentar